Selamat Datang . Terima Kasih telah mbaca-mbaca

Sabtu, 15 Mei 2010

MR.GOODBYE

EPISODE 1



"Untuk apa kau datang kemari Tuan?" tanya seorang pengurus Hotel.
"Minggir!" bentak seorang pria.
Pengurus hotel tidak mengizinkannya lewat. "Kyle." panggil seseorang dari belakang, Yoo Hyun Suh.
Pengurus hotel yang ternyata bernama Kyle itu minggir untuk mempersilahkan Hyun Suh lewat.
"Pemilik Nikko adalah tamu, bukan pegawai ataupun pemegang saham!" kata seorang pria, marah-marah pada Hyun Suh. "Kalian tidak bisa membeli kami dengan uang, jadi hentikan semua ini sekarang juga!"
Dengan tenang, Hyun Suh membungkuk untuk memberi hormat pada pria dari Hotel Nikko. "Selamat datang di jantung Caesar." katanya.
Pria dari Nikko berlutut di hadapan Hyun Suh. "Nikko adalah segalanya bagi kami." kata pria itu. "Bisakah kau melepaskan kami?"
Hyun Suh ikut berlutut, kemudian dengan santai meminta pria itu pergi.
Yoon Hyun Suh adalah Manajer Tertinggi Hotel Caesar di Amerika.
Choi Young In mengikuti lomba lari. Walaupun merasa tidak sanggup, ia memaksakan dirinya untuk lari. Ia bersaing ketat dengan pelari lain. Menjelang finis, ia mengulurkan kakinya sehinngga berhasil menang.
Young in kemudian pingsan. Mulutnya mengeluarkan busa. Kekasihnya dan teman dekatnya bergegas berlari menolong.
Pemenang Pertama Lomba Lari Marathon: 2 Tiket ke Las Vegas.
Keesokkan harinya, Young In sibuk menyiapkan bekal makanan.
"Aku ingin pergi lebih cepat dan sarapan bersama Gun Young." kata Young In. "Aku akan pergi bersamanya." Gun Young adalah kekasih Young In.
"Kau sangat menyukai Gun Young?" tanya ibu.
Young In hanya tersenyum.
Setelah semuanya siap, ibu mengantar Young In pergi sampai depan rumah dan memasukkan sesuatu ke dalam saku mantel Young In. "Gunakan ini baik-baik bersamanya." pesan ibu Young In.
Young In mengira itu uang. Ia sangat terkejut ketika menemukan kondom dalam saku mantelnya, bukan uang.

Young In masuk ke apartment kekasihnya, Gun Young. Di depan pintu, ia melihat sepatu Gun Young dan sepatu seorang wanita.
Young In terkejut, dan dengan perlahan-lahan masuk ke dalam ruangan itu. Di ruang tengah, ia melihat pakaian wanita dan pakaian pria berserakan dekat sofa. Ia kemudian naik ke kamar di lantai dua dan melihat Gun Young dan sahabatnya tidur bersama.
Young In membuka selimut dan membuat mereka terbangun kaget.

Young In meminta Gun Young dan sahabatnya makan bersamanya.
"Kalian tahu kenapa aku memberi makanan pada kalian?" tanya Young In. "Karena aku benci jika makan sendirian. Jadi jangan tidur lagi dan lihat aku makan!"
Young In makan dengan lahap, setelah itu, ia keluar dari apartment Gun Young dengan sedih.

Young In pergi ke bandara untuk menukarkan kupon tiketnya ke Las Vegas dengan uang, tapi tentu saja pegawai bandara menolak. "Kami tidak bisa menukar kupon dengan uang." katanya.
Young In mengomel sendiri bahwa ia tidak mood untuk pergi berlibur. Namun mendengar pengumuman pemanggilan penumpang pesawat ke Las Vegas, Young In luluh. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi sendirian.
Young in duduk di dalam pesawat sendirian dan menangis. Ia menutupi suara tangisannya dengan handuk. Semua penumpang mencari asal suara tangisan itu.

Sesampainya di bandara transit, tanpa sengaja Young In menjatuhkan handuknya. Seorang pria memungut dan mengembalikan handuk itu padanya.
"Kau datang sendirian untuk berlibur?" tanya pria itu.
"Ya." jawab Young In. "Bagaimana denganmu?"
"Untuk menikah." jawab pria itu, tersenyum.
"Dimana pengantin wanitanya?" tanya Young In. "Kau tidak datang bersamanya?"
"Aku datang bersamanya." jawab pria itu.
Young In mencari wanita yang berada di dekat situ.
Si pria tersenyum malu dan memanggil seorang pria yang duduk di dekatnya. "Kami akan menikah." katanya. Ah, rupanya mereka homo.
"Se... selamat..." ujar Young In, terbata-bata.
Pria homo itu bernama Ronny, sedang kekasihnya bernama Arthur.
Young In dan Ronny naik lagi ke pesawat.
"Terima kasih karena sudah sangat ramah mengenai pernikahan kami." kata Ronny. Ia menoleh ke belakang untuk melihat apakah kekasihnya sudah kembali dari toilet.. "Arthur mungkin terlihat kuat, tapi ia sangat sensitif pada reaksi orang lain."
Young In tersenyum.
"Tempat duduk disampingmu kosong." kata Ronny ramah. "Jika kau kembali, aku berharap ada seorang pria yang akan menemanimu. Tapi bukan seseorang sepertiku." Ekspresi Ronny berubah sedih. "Aku ingin kakakku memberi selamat pada kami, tapi aku terlalu gugup.Walaupun aku tidak memiliki apapun, aku ingin bersikap baik pada Arthur dan tidak ingin menyakitinya. Tapi aku masih merasa cemas."
Akhirnya Young In dan kedua pria homo tiba di Las Vegas. Mereka berjalan bersama.
"Kakak!" panggil Ronny, memanggil kakak laki-lakinya, Yoon Hyun Suh.
Hyun Suh menyambut mereka dengan hangat. Ia menyalami adiknya dan Arthur, kemudian memeluk Young In dengan akrab. "Selamat datang di Las Vegas!" katanya ramah.
Young In dan Ronny terkejut dengan sikap Hyun Suh. Hyun Suh mengajak mereka bertiga ikut dengannya, tanpa mendengar penjelasan Ronny terlebih dulu.
Young In ikut dalam mobil Hyun Suh. Di sepanjang jalan, sedang ada gembar-gembor berita mengenai Caesar yang mengambil alih Hotel Nikko. Hyun Suh tersenyum puas.
"Kakak..." Ronny berusaha menjelaskan pada Hyun Suh, tapi Hyun Suh memotong kata-katanya.
"Setelah kalian menikah, jika kalian mau, aku bisa memberikan sebuah kamar di Nikko pada kalian." kata Hyun Suh. "Nikko adalah milikku sekarang!" Hyun Suh tidak tahu bahwa adiknya homo.
"Maafkan aku." bisik Ronny pada Young In. "Tapi bisakah kau ikut bersama kami?"

Young In terjebak dalam situasi sulit. Hyun Suh menyiapkan satu kamar di hotel untuk Ronny dan Young In, sementara Arthur menggunakan kamar lain.
Ronny berjanji pada Young In dan Arthur bahwa ia akan menjelaskan semuanya pada kakaknya besok.
"Walaupun ia tidak bisa menerima kita, cintaku padamu tidak akan berubah." kata Ronny pada Arthur.
Malam itu, Young In berjalan-jalan di kota Las Vegas seorang diri.
Seorang tukang foto menawarkan untuk memotret Young In denan harga 5 dollar. Secara tidak sengaja Hyun Suh melihatnya.
"Apa yang kau lakukan sendirian disini?" tanya Hyun Suh seraya berjalan mendekati Young In.
"Ronny lelah dan ingin tidur, tapi aku belum lelah..." Young In berusaha mencari-cari alasan.
"Kau memegangnya salah." kata Hyun Suh. "Seharusnya di tangan satunya."
Young In melihat fotonya. Ia memegang es krimnya tidak sama dengan patung Liberty.
Young In dan Hyun Suh berjalan bersama.
"Kalian tidak telihat mirip, tapi kalian mirip." kata Young In, membandingkan Hyun Suh dan Ronny. "Ronny terlihat pekerja keras dan pandai, sedangkan kau terlihat pandai dan pembuat masalah."
"Aku pintar dan pekerja keras, Nak!" bantah Hyun Suh. "Kau ingin tahu seperti apa kau terlihat? Kau orang yang tidak terlalu pandai dan pembuat masalah."
Young In terkesan melihat pertunjukkan air mancur. "Pasti akan lebih baik jika aku melihatnya dengan seseorang yang kusukai." gumamnya.
Hyun Suh memandang Young In.

Keesokkan harinya, Hyun Suh mengetuk pintu kamar Young In.
"Apakah ia masih tidur?" tanya Hyun Suh pada Young In, menanyakan adiknya.
"Dia tidur bersama temannya." jawab Young In setengah sadar.
Young In terkejut mendengar ucapannya sendiri dan melarang Hyun Suh masuk ke kamar sebelah. "Mereka sudah pergi." katanya.
Hyun Suh membelikan sebuah pakaian untuk Young In. Ronny dan Arthur menghindarinya.
"Apakah adikku sudah kembali?" tanya Hyun Suh, menelepon Kyle, pengurus hotel.
"Ia keluar lagi." jawab Kyle, berbohong. Ronny dan Arthur saat itu ada di hadapannya.
"Apakah kau punya rekomendasi untuk kapel pernikahan?" tanya Arthur padanya.
Hyun Suh mengantar Young In berjalan-jalan di Las Vegas. Seperti layaknya tour guide, ia menjelaskan berbagai sisi kota pada Young In.
Akhirnya, Hyun Suh mengajak Young In ke sebuah lahan luas dekat pegunungan.
"Aku akan membangun sebuah hotel disini." katanya. "Orang-orang akan datang dan aku bisa menghasilkan banyak uang. Bukankah sangat bagus?"
"Apanya? Menghasilkan banyak uang?" tanya Young In.
"Pemandangan disini." jawab Hyun Suh.
"Oh, ya." jawab Young In. Ia menceritakan pada Hyun Suh mengenai adiknya. "Dia ingin menikah ditempat kau berada. Dia datang kesini untuk menemuimu."
"Kenapa kau menyukai adikku?" tanya Hyun Suh. "Dia tidak punya uang. Kemampuan menggambarnya tidak terlalu baik."
Young In ragu sejenak dan tertawa. "Aku.. tidak tahu." jawabnya kaku.
"Adikku tidak akan pernah melakukan apa yang kulakukan padamu hari ini." kata Hyun Suh. "Apakah itu tidak apa-apa?"
"Aku tidak mengerti." kata Young In bingung.
Hyun Suh memegang pundak Young In. "Dia dan aku bukan saudara kandung. Kami berdua diadopsi dari rumah yatim piatu yang berbeda di Korea." Hyun Suh tersenyum dan mendekatkan kepalanya pada Young In. "Tidak ada yang perlu dipikirkan dan tidak ada yang salah."
Young In merasa marah. Ia melepaskan tangan Hyun Suh dari bahunya dan berjalan masuk ke dalam mobil.

Young In menarik napas dalam, membuka bajunya dan berganti pakaian. Ia kemudian berjalan mendekati Hyun Suh dan memberikan baju itu padanya.
"Kau brengsek!" seru Young In. "Kau menyebut dirimu seorang kakak. Kau bahkan tidak memiliki setengah dari kejantanan adikmu. Menginginkan kau memberi selamat padanya... dia sangat..." Young In tidak menyelesaikan kata-katanya dan berjalan pergi sambil ngomel. Hyun Suh tersenyum.
"Naik!" kata Hyun Suh, mengejar Young In dengan mobil.
"Pergi ke neraka!" omel Young In.
"Naik!" perintah Hyun Suh.
"Kau harus dihukum!" seru Young In seraya menendang mobil Hyun Suh. Agar bisa mengalihkan perhatiannya dari Hyun Suh, ia memikirkan perhitungan matematika.

Di hotel, Ronny mengatakan pada Young In bahwa kakaknya mengajak mereka makan malam.
"Sepertinya ia sangat menyukaimu." katanya. "Aku tidak pernah melihatnya membicarakan orang lain seperti ini. Ia bilang kita harus menikah." Ronny mengenggam tangan Young In. "Bantu kami sampai akhir. Kurasa akan lebih mudah jika kau bersama kami."
"Tolong, Young In." pinta Arthur.
Young In terpaksa setuju.

Hyun Suh mengajak Ronny dan Young In berbincang di dalam kamar. Ia sudah menyiapkan sepasang cincin nikah untuk mereka.
"Kakak, sebenarnya... orang yang kucintai adalah Arthur..." Ronny berkata hati-hati.
"Arthur? Siapa Arthur?" tanya Hyun Suh.
Arthur masuk ke dalam kamar.
"Arthur dan aku akan menikah." kata Ronny.
Hyun Suh diam. Ia lebih kelihatan berpikir dibanding terkejut. Ia bangkit dari duduknya dan melihat Arthur tajam.
"Aku ingin memberitahu lebih awal..." kata Arthur. "Kau ingin... aku bahagia, bukan?"
"Lalu siapa dia?" tanya Hyun Suh, menunjuk Young In. Tanpa menunggu jawaban, Hyun Suh mendekati Arthur. "Apa benar yang dikatakan Ronny?"
Arthur mengangguk.
"Maaf, bisakah kau menunggu diluar?" pinta Hyun Suh pada Arthur. Hyun Suh merasa sangat marah pada Ronny, dan dengan tersenyum meminta Arthur keluar.
"Aku juga akan keluar." kata Young In.
"Tidak, tetap disini." larang Hyun Suh.

Hyun Suk menarik kerah kemeja Ronny dengan marah.
"Dia sangat berharga untukku." kata Ronny.
"Lalu bagaimana denganku?" tanya Hyun Suh. "Apa aku bagimu? Apakah aku berharga untukmu juga? Apa aku kakakmu? Kau hanya ingin uang, tapi apakah kau hanya memanfaatkan aku untuk uang?!"
"Kau tidak membutuhkan aku." kata Ronny. sedih "Kau tidak membutuhkanku disisimu. Walaupun kau selalu sibuk, ditunjuk-tunjuk dan ditertawakan karena kau yatim piatu, kau tidak pernah terluka. Kau kuat! Jika dibandingkan denganmu, aku lemah dan butuh seseorang. Kau tidak akan pernah mengerti. Aku tahu bahwa aku membuatmu malu. Aku tahu bahwa aku hanya mengganggu jalanmu."
"Aku tidak pernah mengharapkan apapun... tapi untukmu... kau tahu seberapa banyak yang sudah kulakukan." kata Hyun Suh, melepaskan cengkeramannya. "Mulai saat ini, anggap aku bukan kakakmu. Hiduplah sendirian. Itulah yang akan orang lain lakukan."

Keesokkan harinya, Hyun Suh dan bosnya, David, berbincang di elevetor. David mengatakan bahwa Hyun Suh masih terlalu muda dan berbahaya jika menjadi Presiden Nikko. Ia meminta Hyun Suh untuk pergi berlibur ke Hotel Empire di Korea selama 6 bulan. Namun Hyun Suh menolak.
Setelah David keluar, Young In masuk ke elevator. Hyun Suh kelihatan sangat marah pada Young In dan mengacuhkannya.
Young In mengoceh mengenai Arthur dan Ronny. "Mereka saling mencintai." katanya.
Hyun Suh tidak memedulikan kata-kata Young In.
Di lobby, Hyun Suh meminta Kyle mengusir Ronny, Arthur dan Young In.
Kyle tidak memedulikan Hyun Suh. Ia berkata ramah pada Young In. "Nona, apakah kau ingin check out?"
"Ini perintah!" seru Hyun Suh pada Kyle.
Kyle tetap tidak memedulikan Hyun Suh. "Nona, apakah kau ingin check out sekarang?" tanyanya.
"Tidak. Tidak Check out." jawab Young In.
Pernyataan Young In merupakan alasan cukup bagi Kyle untuk menolak perintah Hyun Suh. "Tamu hotel adalah prioritasku." katanya pada Hyun Suh.
Young In tersenyum berterima kasih pada Kyle, kemudian mengikuti Hyun Suh. Dengan semena-mena, Hyun Suh memecat sekretarisnya karena terlambat datang 23 menit, sebagai pelampiasan rasa marahnya.

Young In terus mengikuti Hyun Suh.
Hyun Suh akhirnya berbalik menghadapinya. "Kenapa kau ikut campur dalam urusan ini?" tanyanya. "Apa yang kau peroleh?"
Young In merogoh saku mantelnya ingin mengambil sesuatu, tapi tanpa sengaja menjatuhkan kondom pemberian ibunya.
"Begitu... Inikah cinta yang kau bicarakan?" tanya Hyun Suh mengejek. Ia maju selangkah mendekati Young In. "Murah." ujarnya pelan.
"Jika kau mahal, kau tidak akan menyakiti adikmu dan membuat seorang gadis menangis." kata Young In tajam Ia menyerahkan sebuah kartu undangan. "Terserah kau mau datang atau tidak ke pesta pernikahan itu! Kau pikir, kenapa mereka ingin menikah disini? Karena kau ada disini. Karena kau adalah kakaknya! Karena ia menyayangimu! Tidakkah kau melihatnya?! Kini aku bisa menilai dirimu, menakutkan dan egois!"

Young In mengomel dan pergi ke pinggir kolam renang. Kyle memberinya minuman, kemudian pergi.
"Yang sebelumnya... terima kasih." kata Young In.
Kyle berbalik dan tersenyum melihat Young In meminum minuman pemberiannya dengan rakus.
Young In menelepon ibunya. Di Korea, ibunya sedang sibuk pindah ke sebuah apartement. Ibunya ingin menyembunyikan hal tersebut dari Young In dan menutup telepon dengan cepat.
Ibu Young In mengintip ke kamar sebelah, yang pindah kesitu pada hari yang sama. Pria itu marah-marah di telepon. "Tetap saja di Amerika! Jangan datang!" pria itu ngambek karena tidak ada yang datang membantunya.
Hyun Suh makan bersama dengan mantan Presiden Nikko, Tuan Nitoshi, di sebuah restoran Jepang. Tuan Nitoshi membawa seorang wanita pencicip makanan. Ia membutuhkan wanita itu untuk mengetahui apakah makanan yang hendak ia makan beracun atau tidak.
Setelah selesai makan, Tuan Nitoshi memohon pamit. "Hotel adalah sesuatu yang hidup. Mereka akan tumbuh seperti pemiliknya." katanya. "Tolong jaga Hotel Nikko."
Hyun Suh bergegas berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan makanannya. Ia memikirkan kata-kata Tuan Nitoshi. "Omong kosong." gumamnya.

Hari pernikahan Ronny dan Arthur.
Young In memakai gaun pemberian Ronny dan menghadiri pesta pernikahan mereka. Hanya ialah satu-satunya tamu yang datang. Ronny kelihatan sedih karena kakaknya tidak juga datang.

Di lain pihak, Hyun Suh sedang dalam perjalanan, tiba-tiba ia mendapat telepon bahwa Tuan Nitoshi bunuh diri.
Hyun Suh ragu. Haruskah ia pergi ke pernikahan adiknya?
Akhirnya Hyun Suh memutuskan untuk datang ke pernikahan adiknya.
Ketika ia sampai di kapel, tempat tersebut sudah kosong. Tidak ada seorang pun disana.

Young In mengantarkan kepergian Ronny dan Arthur.

Bunuh dirinya Tuan Nitoshi membuat Hyun Suh menyadari bahwa Tuan Nitoshi memang menganggap Hotel Nikkon sebagai sebagian jiwanya. Ia kemudian menemui David dan menyatakan persetujuannya untuk pergi ke Korea.
"Kau pikir aku mengirimmu ke Korea hanya untuk berlibur?" tanya David. "Aku punya proyek khusus untukmu."

Hyun Suh bersiap-siap pergi. Ia mengambil sebuah kotak dari dalam laci, berisi kalung berbandul hati. Ia menatap kalung itu.

Keesokkan harinya, Young In naik pesawat kembali ke Korea. Ia menukarkan dua tiketnya dengan satu kursi kelas bisnis.
Young In masuk ke pesawat dan menoleh pada orang yang duduk disampingnya, Hyun Suh. Sambil ngedumel mengenai penyesalannya karena menukat tiket, ia mencoba tidur.
Di tengah perjalanan, ada kendala di pesawat. Pilot mengatakan bahwa mereka mendapat masalah dengan sistem turbulensi dan meminta penumpang mengenakan sabuk pengaman.
Hyun Suh memegangi dadanya, yang lagi-lagi terasa sakit. Ia meraih tas untuk mengambil obatnya, tapi tidak bisa menemukannya.
Young In mendengar nafas Hyun Suh yang berat, seperti kesakitan. Ia mengintip dan panik. "Ada apa?" tanyanya. "Tidak.. apa yang harus kulakukan?! Pramugari! Pramugari!"
"Aku.. aku tidak ingin mati.. tolong... tolong...." gumam Hyun Suh kesakitan.
"Hentikan pesawat!" teriak Young In, panik dan ketakutan. "Buat U-turn!! U Turn!!"




EPISODE 2

Setelah pesawat U Turn, Young In membawa Hyun Suh ke UGD.
Kyle menghadiri pemakaman Tuan Nitoshi Sato, Presiden Hotel Nikko yang sebelumnya. Ia memandang Tuan Nitoshi dengan sedih.
Jenazah itu membuka matanya. "Kau memulai karirmu dari front desk, aku juga memulai karirku dari front desk." katanya.
"Presiden..." gumam Kyle.
"Bekerja di hotel dari bawah, lalu naiklah setahap demi setahap." pesan presiden.
Kyle menangis. Rupanya semua itu hanya ingatan Kyle akan pesan presiden ketika masih hidup. Kyle melepas cincin presiden, kemudian menyimpannya.
Ia pergi ke atap sebuah gedung, menangis dan berteriak dengan bahasa Jepang. "Nikko banzai! Sato sama Banzai!"

Ketika sedang di dalam apartemennya, ibu Young In, Mi Hee, merobek-robek foto seorang pria. Pria tersebut tidak lain adalah ayah Young In, Choi Young Kyu. "Sebelum Young In datang, aku harus membakar semua foto ini." ujarnya ngedumel.
Adik Young In, Choi Jae Dong datang. Ia bersembunyi di kamar mandi dan meminta pada ibunya agar diizinkan tinggal di tempat itu juga.
Tanpa mereka ketahui, Choi Young Kyu dan keluarganya tinggal di sebelah apartemennya, kamar no. 1002.

Hyun Suh sadar dan membuka matanya.
"Kau pernah melakukan operasi jantung, bukan?" tanya Dokter.
Hyun Suh mengangguk. "Ya." jawabnya.
"Aku tidak menemukan kelainan dan jantungmu juga dalam kondisi yang baik." kata Dokter. "Rasa sakit pada dadamu disebabkan oleh stress yang berat atau tekanan."

Hyun Suh keluar dari ruang UGD dan berjalan melewati Young In, tanpa menoleh sedikitpun. Young In kesal setengah mati.
Hyun Suh berjalan menuju pada para pramugari dan pilot, kemudian mengucapkan terima kasih pada mereka. Para pramugari mengatakan bahwa yang menyelamatkan nyawa Hyun Suh adalah seorang penumpang wanita.
Hyun Suh kembali di pesawat. Young In sudah duduk disana sambil cemberut. Ia memberikan tas Hyun Suh dengan kasar. Hyun Suh diam.
Mi Hee mengusir Jae Dong. "Keluar!" teriaknya seraya memukuli putranya. "Sifatmu sama dengan ayahmu! Selalu membuatku marah setiap saat!"
"Ibu, sangat sulit hidup sendirian!" seru Jae Dong. "Aku terlahir lemah, tidak punya cita-cita, tidak punya rasa keingintahuan pada sesuatu! Tolong biarkan aku tinggal disini agar aku bisa dilindungi oleh keluarga jadi aku bisa menyelesaikan kuliahku."
Mi Hee tidak mau mendengar alasan apapun yang dikatakan Jae Dong dan tetap mengusirnya pergi.
Young In makan siang di pesawat dengan rakus. Ia menjatuhkan makanannya, kemudian memakannya lagi.
"Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?" tanya Young In kesal pada Hyun Suh.
Hyun Suh diam sesaat. "Jangan jatuhkan apapun lagi. Kau terlihat seperti orang barbar." katanya acuh.
Young In bertambah kesal. Ia mengambil makanan Hyun Suh dan memakannya.

Jae Dong mencoba membujuk ibunya. Ia sengaja membelikan ibunya tissue toilet untuk meluluhkan hatinya. Setelah itu, ia memberikan sebuah gembok.
"Kunci aku di dalam kamar." kata Jae Dong. "Aku akan terus belajar. Aku yakin kali ini akan lolos dalam ujian menjadi hakim."
Keesokkan harinya, Young In dan Hyun Suh tiba di Korea.
"Jangan sampai kita bertemu lagi." kata Young In sinis pada Hyun Suh. Ia berjalan, hendak pulang, namun tiba-tiba mantan kekasihnya, Gun Young, muncul dihadapannya.
Dengan cuek, Hyun Suh berjalan melewati mereka.
Young In berpikir sejenak, kemudian berteriak memanggil Hyun Suh, "Sayang!"
Hyun Suh bingung. Young In menggandeng tangan Hyun Suh keras hingga Hyun Suh tidak bisa melepaskan diri. Ia mendekati Gun Young.
"Berkat kau, aku bisa membawa seorang kekasih dari Las Vegas."kata Young In pada mantannya.
"Tidak, aku bukan... Aku bukan..."
Young In mencoba membuat Hyun Suh diam dengan mengecup pipinya. Hyun Suh terkejut. Akhirnya ia setuju bekerja sama.
"Ya, selain makan dan tidur, kami selalu bersama." kata Hyun Suh.
Young In kemudian mengajak Hyun Suh pergi.
"Lepaskan aku." kata Hyun Suh. Ia menoleh ke belakang. Gun Young masih melihat mereka dari jauh. "Ia sudah pergi. Jangan katakan kau ingin mengajakku naik ke bus bersama juga?"
Young In melepaskan tangan Hyun Suh. "Ayo pergi bersama, tolonglah." katanya.
Hyun Suh berpikir sejenak. Ia berjalan beberapa langkah, kemudian berbalik untuk naik ke bus bersama Young In.
"Ia mencampakkanmu?" tanya Hyun Suh di dalam bus. "Jika ia mencampakkanmu, lalu apa gunanya semua ini?"
"Tolong diam." kata Young In, hampir menangis.
Kau pikir dengan begitu ia akan kembali padamu?" tanya Hyun Suh, di dalam bus. "Seorang pria yang pergi kemudian kembali lagi bukan seorang pria yang baik. Lupakan saja dia. Ia pria gila yang jahat."
Young In menangis. Hyun Suh memandang ke belakang sekilas, kemudian diam.

Di tempat lain, seorang wanita sedang berbelanja. Mendadak, seorang anak yang sedang bermain-main sepatu roda di supermarket tertabrak troli dan terjatuh. Ibunya berpikir putranya hanya terjatuh biasa, namun mendadak anak itu pingsan dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Jae Min!" teriak ibunya panik.
Wanita tadi bergegas menolong dan membawanya ke dalam ambulans. Rupanya wanita itu adalah seorang dokter. Ia mengambil ponselnya. "Siapkan operasi secepatnya." katanya pada orang di telepon. "Kami akan tiba dalam 5 menit!"
Sesampainya di rumah sakit, dokter itu langsung melakukan operasi.
"Pendarahannya terlalu banyak!" kata seorang asisten pria. "Sebenarnya masalahnya ada dimana? Jika seperti ini terus, ia akan berada dalam bahaya!"

Setelah turun dari bus, Young In mendekati Hyun Suh. Ia mencari-cari sesuatu dalam saku celananya.
"Ada apa lagi?" tanya Hyun Suh dingin. "Ah, aku tahu! Sejak di pesawat kau ingin aku mengucapkan terima kasih, bukan?"
Young in belum sempat menjawab tapi Hyun Suh sudah nyerocos.
"Kau ingin aku memberikan uang sebagai ganti telah menyelamatkan nyawaku?" Hyun Suh mengeluarkan sesuatu dan menyerahkannya pada Young In. "Dengan ini, aku tidak berhutang apapun lagi padamu. Bolehkah aku pergi sekarang?"
Young In bingung sejenak tapi tetap menerima pemberian Hyun Suh. Ia menemukan apa yang ia cari di saku celananya. Sebuah surat. Ia menyerahkan surat tersebut pada Hyun Suh kemudian berjalan pergi.

Young In pulang ke rumahnya yang lama, tapi tidak bisa menemukan seorangpun disana. Ia menelepon ibunya. "Ibu, kenapa rumah kita dijual?!" seru Young In.
"Young In, dimana kau?" tanya Mi Hee, meletakkan sampah di depan elevator.
"Dimana lagi?! Di depan pintu rumah kita!" seru Young In mengamuk.
"Aku akan segera kesana!" kata Mi Hee, masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap.
"Siapa yang meninggalkan sampah disini?!" seru Young Kyu.

Hyun Suh duduk di pinggir taman dan membuka surat yang diberikan Young In. Itu surat dari adiknya Ronny, dan dilipat dengan lipatan yang aneh.
"Kakak," ujar Ronny dalam suratnya. "Apa kau ingat saat kau mengajarkan aku bagaimana caranya melipat surat seperti ini? Aku lahir di Korea, tapi aku tidak memiliki kenangan sama sekali disana. Setiap kali aku melihatmu melipat surat, aku tahu, walau kau sangat membencinya, tapi kau ingat mengenai Korea.. mengenai ibumu. Tapi Kakak, jika aku melihat surat seperti ini, kaulah yang kuingat. Kau adalah Korea bagiku... Kau adalah ibu bagiku. Aku mengerti bahwa kau membuat keputusan yang sulit untuk pergi ke Korea. Aku menyayangimu, Kakak. -Ronny-"

Jae Dong dikurung dalam kamar. Ia meminta ibunya membelikan sesuatu, tapi karena Mi Hee harus menjemput Young In, ia membukakan pintu dan menyuruh Jae Dong keluar.
Trik Jae Dong berhasil. Ia malah pergi ke toko buku untuk membaca komik.
Ia melihat seorang anak kecil yang sedang membaca komik. Setelah puas membaca, anak itu memanggil ayahnya. Jae Dong terkejut melihat pria itu.
"Apakah kau.. A.. a.. ayah?!" tanya Jae Dong pelan.

Jae Dong dan Choi Young Kyu berjalan pulang bersama. Young Kyu memerintahkan putranya yang kecil untuk pergi terlebih dulu agar ia dan Jae Dong bisa bicara berdua.
Jae Dong bersujud di hadapan ayahnya.
"Kau sudah dewasa." kata Young Kyu. "Dimana kakakmu? Bagaimana ibumu?"
"Kau sudah kembali." kata Mi Hee pada Young In.
"Ya, ibu." jawab Young In dingin. "Kenapa kau melakukan ini dibelakangku?"
"Sup udah kesukaanmu sudah menunggu di rumah." kata Mi Hee. "Ayo pulang."
"Pulang kemana?" tanya Young In marah. "Rumah? Rumah apa?"
"Aku mengambil tabunganmu." kata Mi Hee. Young In sangat terkejut. "Masih ada sedikit deposit dan masih ada rekening yang lain."
"Jadi kau... ketika aku pergi... Kenapa kau melakukan ini?!" teriak Young In. "Kau tahu bagaimana aku mendapatkan uang itu?!"

Di tempat lain, Jae Dong menceritakan hal yang sama pada Young Kyu.
"Apa ibumu sudah gila?!" seru Young Kyu. "Bagaimana bisa dia melakukan itu pada kau dan kakakmu?!"
"Ayah, kau seperti tidak tahu ibu." ujar Jae Dong. "Ia tidak pernah berpikir sebelum bertindak!"
"Bagaimana denganmu?" tanya Young Kyu. "Kau membenciku, bukan?"
"Bagaimana bisa aku menyukaimu?" ujar Jae Dong jujur.

Di rumah sakit, dokter berhasil menyelamatkan nyawa si anak. Ia kembali ke kantornya untuk beres-beres.
"Kang Soo Jin." terdengar suara seorang pria. Dokter Kang Soo Jin menoleh dan melihat Hyun Suh datang. "Kau masih sangat cantik seperti dulu. Membuatku merasa pahit, sama seperti dulu."
Hyun Suh kelihatan sangat senang bertemu dengan Soo Jin, tapi sebaliknya, Soo Jin kelihatan sangat terkejut dan tidak senang.
"Dokter, jangan berpura-pura tidak mengenalku." kata Hyun Suh. "Seorang pasien sepertiku sangat senang bertemu denganmu."
Soo Jin tersenyum. "Siapa kau?"
Hyun Suh tertawa. "Mulai saat ini, hatiku milikmu."
Soo Jin mengantar Hyun Suh sampai ke depan rumah sakit.
"Kita baru bertemu sebentar tapi kau sudah mengusirku." kata Hyun Suh. Ia berkata bahwa Soo Jin adalah orang pertama yang diingatnya begitu tiba di Korea. "Teman, apa kau tahu seberapa besar aku merindukanmu?" tanyanya, lalu berjalan pergi.
Hyun Suh mencoba tersenyum ceria di depan Soo Jin, tapi begitu pergi senyumnya menghilang.
Hyun Suh menaiki sebuah taksi. Ia melihat sebuah kalung berbandul hati dengan sedih.
Soo Jin berlari-lari menjemput putranya. Ia melihat jam tangannya. Sudah sangat terlambat.
Putra kecil Soo Jin, Yoon, saat itu sedang makan di sebuah restoran bersama anak ayamnya. Begitu melihat ibunya, ia bergegas mengejar. "Ibu!" panggilnya.
Yoon mengajak ibunya ke restoran tempatnya tadi makan.
Soo Jin melihat putranya dengan sayang. Sekilas, ia teringat pada pertemuannya dengan Hyun Suh di rumah sakit.
Hyun Suh tiba di sebuah hotel mewah, Empire Hotel. Ia mendekati front desk untuk memesan kamar.
"Aku tidak ingin kamar perokok." kata Hyun Suh. "Aku tidak ingin kamar yang pernah dipakai oleh keluarga yang punya anak. Dan satu lagi. Aku tidak ingin langit-langit dengan motif garis-garis. Lukisan kecil membuatku tidak bisa tidur. Dan juga, aku tidak ingin lukisan yang kelihatan membingungkan. Aku lebih suka double bed."
Wanita itu kelihatan sangat kesal.

Mi Hee mengajak Young In ke apartemen baru mereka. Young In kelihatan tidak senang.
"Kenapa kau melakukannya?" tanya Young In dingin.
"Aku tidak ingin sendirian." kata Mi Hee. "Jika kau menikah dengan Gun Young, aku ingin tinggal beberapa tahun dengan menantuku. Kau tidak suka? Kau tidak ingin aku melakukan ini?"
"Kau harus mengeriting rambutmu besok." kata Young In. "Aku akan memberikan uangnya."
"Kenapa kau tidak marah?" tanya Mi Hee heran.
Young In berjalan menuju kamarnya. Ia heran melihat sebuah kamar yang digembok.
"Aku menyewakan kamar itu." kata Mi Hee.
"Pada siapa?" tanya Young In.
"Jae Dong."
Young In langsung meledak marah dan ingin mendobrak pintu. "Buka, Jae Dong! Kita harus menyelesaikan ini sampai salah satu dari kita mati!"
Jae Dong ketakutan. Ia menahan pintu agar Young In tidak bisa masuk.
Hyun Suh dan Young In punya satu kesamaan, yakni suka menghitung jika tidak bisa tidur. Hyun Suh suka menghitung jumlah gambar di langit-langit kamar sementara Young In suka menghitung perkalian matematika.

Keesokkan harinya, seorang pria tampan datang. Wanita front desk sangat senang dan terpana melihatnya.
"Dimana kantor Direktur?" tanya pria itu.
"Ada di lantai 15. Tolong tunggu sebentar." kata si wanita seraya meraih ponsel. "Sempurna!"
Pria itu menoleh. Ia tidak lain adalah Kyle.
Para wanita buru-buru berdandan dan mempercantik diri.
Wanita itu mengantar Kyle ke ruang Direktur. Tidak lama kemudian, Hyun Suh juga akan menuju ke tempat yang sama.

Semua ketua masing-masing bagian hotel menyambut kedatangan Kyle.
"Selamat datang, Presiden!" sapa Young Kyu pada Kyle, mendahului semua karyawan yang lain.
Hyun Suh muncul di belakangnya. Kyle menoleh. Hyun Suh terkejut melihatnya.

EPISODE 3

"Silahkan masuk, Presiden." kata Kyle, menyambut Hyun Suh. Ah, rupanya para karyawan salah paham. Mereka mengira Kyle adalah Presiden, padahal presidennya Hyun Suh.
"Aku tidak tahu kau akan datang." kata Hyun Suh pada Kyle.
"Aku baru saja memutuskan untuk datang." jawab Kyle.
"Ayo kita masuk." ajak Hyun Suh, namun wanita pengantar tidak mengizinkan dan meminta Kyle menunggu di luar.
Di dalam, Hyun Suh bertemu dengan beberapa orang penting, diantaranya adalah Park Jung Moon dan Kepala Manajer, Kang Chul Goon.

Young In dan sahabatnya (sekaligus selingkuhan Gun Young) bekerja di klinik kecantikan yang sama. Ia meminta sahabatnya itu keluar dan menjambak rambutnya habis-habisan.
"Beraninya kau mencuri pacarku!" teriaknya marah. "Ibuku bahkan sudah mengenalnya! Apa yang harus kukatakan padanya?! Dasar wanita murahan! Dan kau meminjam uang $50 untuk baju itu tapi belum membayarnya! Kembalikan yang dan pacarku!"
Selingkuhan Gun Young berteriak-teriak histeris.
Ah, rupanya lagi-lagi itu hanya imajinasi Young In. Young In berharap melakukan itu pada sahabatnya, namun pada kenyataannya tidak.
"Selamat atas hubungan barumu." kata Young In seraya menyerahkan sebuah pot berisi tanaman.
Sahabatnya ragu-ragu menerima tanaman itu.
"Selamat untukku karena mengakhiri hubunganku." kata Young In, memegang pot tanaman yang satunya lagi. "Tidakkah ini kelihatan seperti ekor merak? Ini air mataku, jaga baik-baik."
Sungguh sial untuk Young In. Pemilik klinik adalah Bibi selingkuhan Gun Young sehingga Young In dipecat.
Para pihak Empire Hotel membicarakan Hyun Suh habis-habisan. Mereka mengatakan Hyun Suh agar sakit otaknya. Resepsionis hotel bercerita bahwa Hyun Suh tidak suka kamar perokok, kamar yang pernah di tempati anak kecil, atap bergaris-garis, lukisan yang membingungkan dan lain sebagainya. Bagi para wanita, Hyun Suh sangat tidak asik.
Hyun Suh bekerja terus tanpa berpaling. Ia mengerjakan semuanya sendiri tanpa meminta bantuan sekretarisnya.

Young In memeriksa di rekeningnya. Ia terkejut melihat uang di rekeningnya ludes. Saldo di rekeningnya 0 won dan di rekeningnya yang lain tinggal 3000 won.

Melihat pesawat di televisi membuatnya teringat pada Hyun Suh. Young In duduk diam, bingung seraya memandang tissue yang tertulis nomor telepon Hyun Suk. Uangnya sudah menipis. Haruskah ia menelepon Hyun Suh untuk meminta uang ganti karena telah menyelamatkan nyawanya?
Young In mengambil ponselnya dan mengetikkan nomor telepon Hyun Suk, tapi mengurungkan niatnya. Mendadak tissue tersebut diterbangkan angin dan tertabrak bus. "Ah, sungguh sial." gumamnya kesal. Tapi nomor telepon Hyun Suh sudah ia ketik di ponselnya.
Soo Jin menelepon Hyun Suh dan mengajaknya bertemu. Soo Jin berjanji akan membantu Hyun Suh mencari tempat tinggal untuknya selama beberapa bulan di Korea.
Di lain pihak, di kantor Hyun Suh, sekretaris dengan diam-diam memasang alat penyadap suara di bawah meja Hyun Suh.

Mi Hee hendak menyapa tetangga sebelah kamarnya untuk berkenalan. Ia membawakan seepanci makanan. Mengetahui hal itu, Jae Don begegas berlari untuk menghalangi. Ia meludahi panci itu, kemudian membawanya kembali ke kamar mereka.
"Kau!!!" teriak Mi Hee, mengamuk.
Jae Dong memperingatkan ayahnya untuk segera pindah. "Kakak dan Ibu sangat kuat." katanya dalam sms. "Jika mereka tahu, kau akan mati."
"Putraku. Maafkan aku. Aku manyayangimu. Maafkan aku." ujar Young Kyu dalam balasan smsnya.
Akhirnya Young In memutuskan untuk menelepon Hyun Suh.
"Apa kau ingat aku? Aku gadis U-Turn." kata Young In.
"Ada apa?" tanya Hyun Suh. Saat itu ia sedang bersama Soo Jin.
"Aku ingin bertanya apakah kau baik-baik saja..." kata Young In tidak enak.
"Aku akan memberikannya padamu." kata Hyun Suh. "Aku akan memberikannya padamu, tapi kita bicara nanti saja." Ia menutup telepon.
Young In kesal setengah mati.

Keesokkan harinya, Soo Jin mengajak Hyun Suh ke sebuah apartemen. Mulanya Hyun Suh senang, tapi kemudian ia menemukan sebuah celana dalam wanita.
"Kau bisa membeli tempat tidur baru." kata Soo Jin.
Hyun Suh langsung jijik. "Aku tidak suka." katanya dingin, kemudian berjalan pergi.
Sulit menemukan tempat tinggal yang pas untuk orang perfeksionis seperti Hyun Suh.

Young In bersusah payah mencari pekerjaan, namun belum juga bisa menemukannya.
Di lain pihak, Hyun Suh mencari-cari restoran yang bisa menjual galbi 1 porsi, tapi semua restoran hanya menjualnya 2 porsi.

Young In datang ke Empire Hotel untuk melamar pekerjaan sebagai tukang pijat. Pengelola klinik memintanya mendemonstrasikan pijatan padanya. Bukannya menilai, ia malah tidur.
Kyle menemui seorang tamu hotel. Tamu tersebut adalah seorang gadis Jepang yang hanya bisa bicara bahasa Jepang. Gadis itu meminta Kyle mengobrol dan bermain kartu dengannya.
Ketika sedang bermain kartu, mendadak gadis itu secara spontan bicara dengan bahasa Korea.
"Kau pandai berbahasa Korea." kata Kyle, tersenyum padanya.
"Ya, hanya sedikit." kata gadis itu.
"Teruslah bicara, lama kelamaan kau akan bisa." kata Kyle ramah.
Young In membangunkan pengelola yang tertidur.
"Apa kau membangunkan aku?" tanya pengelola. "Ck ck ck. Jika pelanggan tertidur, kau harus menunggu. Tapi kau malah membangunkannya?"
"Aku tahu itu." bantah Young In. "Tapi ini situasi yang berbeda."
Pengelola tidak mau mendengar penjelasan dan menyuruhnya menunggu hasilnya besok.
Young In pulang dengan kesal. Di lobi, ia berpapasan dengan Hyun Suh.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Hyun Suh. "Ayo bicara di luar."
"Kemana kita akan pergi?" tanya Young In, mengikuti Hyun Suh yang berjalan cepat.
"Untuk mengambil uang." jawab Hyun Suh. "Mulanya aku ingin meneleponmu, tapi sepertinya kau tidak sabar. Itu tidak penting. Aku akan memberimu uang dan membayar hutangku."
Young In merasa sangat terhina, Ia berjalan ke arah yang berlawanan.
"Mau kemana kau?!" panggil Hyun Suh.
Young In tidak mau mendengarkan. Ia mengalihkan perhatiannya dengan berpikir perhitungan matematika.
"Baik!" seru Young In kesal. "Ayo kita ambil uang. Berapa banyak yang akan kau berikan?"
"Berapa banyak yang kau minta?" tanya Hyun Suh. "$60.000?"
"Aku ingin lebih dari itu. Berikan aku $600.000." kata Young In.
"Kau pikir aku lotere bagimu?"
Young In merengek dan berkata keras mengenai masalahnya. Semua orang yang lewat menoleh pada mereka. Kyle melihat dari jauh.
"Baik, baik aku mengerti." kata Hyun Suh, meminta Young In berdiri.
"Kalau begitu, belikan aku makan $6." kata Young In.
Young In dan Hyun Suh makan bersama di sebuah restoran biasa. Melihat Young In makan, membuat nafsu makan Hyun Suh hilang. Ia terlalu jijik untuk makan semangkuk lauk bersama dengan Young In.
"Aku tidak suka makan sendirian. Kau selalu makan sendirian, bukan?" tanya Young In. "Apa karena kau tidak suka berbagi makanan?"

Setelah selesai makan, Young In mengajak Hyun Suh minum di pinggir jalan.
"Kau ingin lebih dari makan malam seharga $6, bukan?" tanya Hyun Suh.
"Ya." jawab Young In. "Aku ingin mengajakmu makan malam seharga $6 sampai jumlahnya $600.000. Dengan begitu, aku tidak akan makan sendirian lagi."
"Maaf, tapi jika aku harus makan malam denganmu 10.000 kali, itu artinya membutuhkan waktu 30 tahun." protes Hyun Suh. "Sekarang aku berumur 30. Kau pikir aku ingin makan bersamamu sampai umurku 60? Cepat atau lambat kau akan menikah, punya anak dan suami. Bagaimana kau bisa keluar setiap hari dan makan malam bersamaku? Apa kau mengincarku? Apa secara tidak langsung kau memintaku menikah denganmu? Apa kau ingin hidup bersamaku?"
Young In diam, tidak menjawab. Rupanya ia mabuk. "Apa aku bilang aku ingin hidup denganmu?!" serunya. Ia oleng dan terjatuh ke tanah.
Soo Jin menelepon Hyun Suh.
"Jangan terlalu banyak minum. Tidak baik untuk jantungmu." pesan Soo Jin. "Apa kau mau makan malam bersamaku besok?"
"Ya." jawab Hyun Suh.
Ia kembali ke kedai. Young In sudah tidak ada disana. Minuman sudah dibayar dan di meja ada beberapa lembar uang.
Hyun Suh duduk diam dan minum sendirian. Ia berpikir.
Pagi itu, Gun Young menelepon. Karena Young In belum bangun, Mi Hee yang mengangkatnya.
"Katakan padanya aku masih tidur." kata Young In.
Setelah menutup telepon, Mi Hee keluar. Ponsel Young In berbunyi langi. Kali ini Young In mengangkat sambil marah-marah.
"Untuk apa kau menelepon?!" teriaknya. "Semua yang kau katakan hanya alasan! Dasar bodoh! Idiot! Brengsek! Berhenti menelepon!"
Tapi kali ini yang menelepon bukan Gun Young melainkan pihak klinik Emperor Hotel. Telepon tersebut loudspeaker. Mereka kebingungan mendengar omelan itu, termasuk Hyun Suh.
Rupanya Hyun Suh meminta pihak hotel untuk menerima Young In bekerja disana. Ia meminta Kyle untuk menangani Young In.
"Aku atasanmu." kata Kyle ketika Young In sudah tiba di hotel.
"Apa kau punya teknik memijat?!" seru Young In, terkejut.
Kyle membawa Young In pada petinggi Hotel untuk di wawancarai. Mereka bingung kenapa Hyun Suh mau memasukkan orang yang tidak memiliki kemampuan apapun seperti Young In.
"Wakil presiden, Jangan-jangan, ia adalah anak rahasia manajer... mungkin adiknya?"
"Ia pasti punya kemampuan." kata Kang Chul Goon. "Karena itulah ia memilihnya."
Young In bekerja di hotel bukan sebagai tukang pijat, melainkan seorang pengawas dibawah komando Kyle. Tugas pengawas adalah menerima keluhan (dan omelan) tamu hotel.
Setelah berganti seragam, Young In berpapasan dengan Hyun Suh.
"Kita harus segera pergi, Presiden." kata sekretaris pada Hyun Suh.
Young In terkejut mendengarnya. Presiden?
Hyun Suh pergi bersama Soo Jin.
Soo Jin mengajak Hyun Suh ke rumahnya. Soo Jin sendiri yang memasakkan makanan untuk makan malam mereka.
"Aku sudah lama tidak makan masakan rumah." kata Hyun Suh. "Aku ingat saat kuliah kau juga memasak untukku. Sangat lezat."
"Bagaimana dengan rumah ini?" tanya Soo Jin.
"Aku suka." kata Hyun Suh.
"Apa kau ingin tinggal disini?" tanya Soo Jin. "Tinggallah bersamaku."

0 komentar:

Posting Komentar